Kamis, 19 Maret 2009

zhang da anak teladan dari China

Zhang Da, Anak Teladan dari Nanjing

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang luar biasa,
sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya,
hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan
dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki
yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut
anak yang luar biasa.

Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika
Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat
maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang
Tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang
dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4
milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di
Propinsi Jiangxu, kota Nanjing , serta disiarkan secara Nasional
keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh)
orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita
ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da
sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling
luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah
yang terbaik di antara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa
yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia
lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), maka saya mau katakan
bahwa ia luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China .

Pada tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah
tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit
keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang
tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi
ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun
untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia
harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga
harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia.

Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan
pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus
menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat
Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus
berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul
tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian
ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu
apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari
rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam
perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun,
biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan
sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba
makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya
dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang
hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu
untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu.
Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan
obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima
tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.

Zhang Da Merawat Papanya yang Sakit

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggung jawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan
papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan
papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggung jawab dan kasih.
Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari-hari. Zhang Da
menyuntik sendiri papanya.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir
untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur
sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku
bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar
bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri.

Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan
itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti
layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru
tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah
perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa
memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak
cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang
sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik
papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang
Da sudah trampil dan ahli menyuntik.

Aku Mau Mama Kembali

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang
hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju
kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da,
sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan
untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai
kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja.

Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak
pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada
ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi,
mereka bisa membantumu!" Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab
apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa
membantumu." Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara
bergetar iapun menjawab, "Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke
rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama
Kembalilah!"

Demikian Zhang dan bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu,
saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa
ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak
minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal
untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat
dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari
pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang
dipegangnya semua akan membantunya.

Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya,
itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah
ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya
pergi meninggalkan dia dan papanya.